Apa Itu Obat Otonomik ??
OBAT – OBAT OTONOMIK
Bagian motor sistem saraf dapat dibagi menjadi 2 subdivisi utama, yaitu
divisi otonom dan divisi somatik. Sistem saraf otonom umumnya bersifat
otonom, dimana aktifitasnya tidak dibawah pengaruh langsung kesadaran.
Sistem saraf otonom terutama berhubungan dengan fungsi visera curah
jantung, aliran darah ke berbagai organ, pencernaan dan sebagainya yang
sangat penting untuk kehidupan. Divisi somatik umumnya tidak otonom dan
berhubungan dengan fungsi organ yang terkontrol secara sadar seperti
bergerak, bernapas, dan bersikap. Kedua sistem tadi memperoleh masukan
aferen penting yang membawa sensasi dan memodifikasi keluaran motoris
melalui arkus refleks dalam berbagai ukuran dan kompleksitasnya.
Sistem saraf berkaitan erat dengan sistem penting lainya untuk
mengontrol fungsi tubuh, termasuk integrasi tingkat tinggi di otak, yang
mempengaruhi proses dalam tubuh dan fungsi umpan balik yang meluas.
Kedua sistem tadi menggunakan zat kimia untuk transmisi informasinya.
Pada sistem saraf, transmisi kimiawi terjadi antara sel-sel saraf dan
antara sel-sel saraf dengan sel-sel efektornya. Transmisi kimiawi ini
berlangsung lewat pelepasan sejumlah kecil substansi transmiter dari
ujung saraf ke dalam celah sinaptik. Transmiter menyebrangi celah secara
difusi dan mengaktifkan atau menghambat sel pascasinaptik dengan
berkaitan langsung pada suatu molekul reseptor khusus.
Dengan menggunakan obat yang meniru atau menghambat kerja transmiter
kerja kimia tadi, maka secara selektif kebanyakan fungsi otonom dapat
dimodifikasi. Termasuk diantaranya sejumlah fungsi jaringan efektor,
seperti otot jantung, otot polos, endothelium vaskular, kelenjar dan
juga ujung saraf presinaptik. Obat otonom seperti ini berguna sekali
pada berbagai kondisi klinis tertentu. Namun sebaliknya, sejumlah besar
obat yang digunakan untuk tujuan lain mempunyai efek yang tidak
diinginkan pada fungsi otonomik.
PENGERTIAN OBAT OTONOMIK
Obat otonomik adalah obat yang mempunyai efek memperbesar/ menghambat
aktivitas SSO (simpatik dan parasimpatik) dengan jalan menggangggu
sintesa,penimbunan,pembebasan,atau penguraian neurotransmitter
ataumempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.
Macam SSO dan dibagi dua divisi:
1. Sistem parasimpatik: cranio sacral division (ujung saraf mengeluarkan asetilkolin → kolinergik)
2. Sistem simpatik: thoracal lumbar division (ujung saraf mengeluarkan norepineprin (dulu diduga adrenalin → adrenergik)
Reseptor SSO dibagi dua divisi:
1. Reseptor adrenergik: alfa (1,2); beta (1,2,3)
2. Reseptor kolinergik: muskarinik, nikoti|
nik
Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:
• Zat yang bekerja pada SP :
1. Parasimpatomimetik atau kolinergik → mempunyai efek seperti asetilkolin (parasimpatik)
2. Parasimpatolitik atau penghambat/antagonis kolinergik → menghambat efek asetilkolin
• Zat yang bekerja pada SO :
1. Simpatomimetik atau adrenergik → efek seperti norepineprin (simpatik)
2. Simpatolitik atau penghambat/antagonis adrenergik → menghambat efek norepineprin (mencegah respon pd reseptor)
• Zat-zat perintang ganglion
Yaitu zat yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion simpatis dan parasimpatis.
Kolinergik
Kolinergik adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama
dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon
(Ach) di ujung-ujung neuronnya.
Ada 2 macam reseptor kolinergik:
• Reseptor muskarinik: merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung
• Reseptor nikotinik/ neuromuskular → mempengaruhi otot rangka
Penggolongan Kolinergik :
Kolinergik dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengann kerja langsung dan zat-zat dengan kerja tidak langsung.
• Bekerja langsung :
Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin, pilokarpin, arekolin)
• Bekerja tak langsung :
Anti Cholinesterase (fisostigmin,neostigmin,dan piridostigmin)
• Farmakodinamik Kolinergik
Meningkatkan TD
Meningkatkan denyut nadi
Meningkatkan kontraksi saluran kemih
Meningkatkan peristaltik
Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)
Konstriksi pupil mata (miosis)
Antikolinesterase: meningkatkan tonus otot
Menekan SSP
• Efek Samping
Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)
Iskemia jantung, fibrilasi atrium
Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Selain itu juga menyebabkan mual.,muntah,dan diare
• Indikasi
Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat),
meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus,
intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika
(setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan
miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer
(defisiensi kolinergik sentral)
• Intoksikasi
Efek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi,
laringospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat
berlebih
Efek nikotinik: otot rangka lumpuh
Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh nafas
• Alkaloid Tumbuhan
Tumbuhannya:
Muskarin (jamur Amanita muscaria),
Pilokarpin (Pilocarpus jaborandi dan P.microphyllus)
Arekolin (Areca catechu = pinang)
• Efek umumnya muskarinik
Intoksikasi: bingung, koma, konvulsi
Indikasi: midriasis (pilokarpin)
• Obat Kolinergik Lain
Metoklopramid: digunakan untuk memperlancar jalanya kontras radiologik, mencegah dan mengurangi muntah
Kontraindikasi: obstruksi, perdarahan, perforasi sal cerna, epilepsi, gangguan ektrapiramidal
Sisaprid: untuk refluk gastroesofagial, gangguan mobilitas gaster, dispepsia
Efek samping: kolik, diare
Obat Anti Kolinergik
Obat parasimpatikolitika adalah obat yang menghambat efek kolinergik
yang muscarik, tidak efek nikotinik → karena itu juga disebut
antimuskarinik/ antagonis kolinergik/ antispasmodik.
Macam obat antimuskarinik :
a. Alkaloid beladona (atropin,skopalamin,dan homatropin)
Atropin
• Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen
• SSP → merangsang n.vagus → frekuensi jantung berkurang
• Mata → midriasis
• Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, mulut, farink dan bronkus
• Kardiovaskuler → frekuensi berkurang
• Saluran cerna → antispasmodik (menghambat peristaltik lambung dan usus)
• Otot polos → dilatasi saluran kemih
• Eksokrin → saliva, bronkus, keringat → kering
• Atropin mudah diserap, hati2 untuk tetes mata → masuk hidung → absorbsi sistemik → keracunan
Efek samping: mulut kering, gangguan miksi, meteorismus, dimensia, retensio urin, muka merah
Gejala keracunan: pusing, mulut kering, tidak dapat menelan, sukar
bicara, haus, kabur, midriasis, fotopobia, kulit kering dan panas,
demam, jantung tachicardi, TD naik, meteorismus, bising usus hilang,
oligouria/anuria, inkoordinasi, eksitasi, bingung, delirium, halusinasi
Diagnosis keracunan: gejala sentral, midriasis, kulit merah kering, tachikardi
Antidotum keracunan: fisostigmin 2 – 4 mg sc → dapat menghilangkan efek SSP dan anhidrosis
Dosis atropin: 0,25 – 1 mg
Indikasi: parkinsonisme, menimbulkan midriasis (funduskopi),
antispasmodik, mengurangi sekresi lendir sal nafas (rinitis), medikasi
preanestetik (mengurangi lendir sal nafas)
Skopolamin
• Derivat-epoksi dari atripin bekerja lebih kuat
• Efek sentralnya kira-kira 3kali lebih kuat
• Digunakan sebagai obat mabuk jalan dalam bentuk plester
• Digunakan sebagai mediatrikum
• Digunakan sebagai obat anti kejang lambung-usus
• Digunakan sebagai premedikasi anestesi
• Dosis transkutan sebagai plester 1,5 mg skopolamin
b. Zat amonium kwaterner (propantein,ipratropium dan tiotropium)
Propantein
• Dosis tinggi→efek kurare(mengendurkan otot-otot lurik rangka)
• Banyak digunakan pada tukak lambung,gastritis dan kejang-kejang lambung-usus
• Dosis →oral 3 dd 15 mg(HBr)
Ipratropium
• Digunakan sebagai inhalasi pada asma dan bronkhitis
• Khasiat →bronkhodilatasi dengan mengurangi hipersekresi dahak
Tiotropium
• Digunakan sebagai inhalasi pada asma dan bronkhitis
• Khasiat →bronkhodilatasinya lebih lama dari pada ipratropium
• Dosis 1x sehari
c. Zat amin tersier (pirenzepin,flavoxat,oksibutinin,tolterodin,dan tropicamida)
Pirenzepin
• Pada dosis tinggi menghambat reseptor di organ-organ(jantung,mata,lambung-usus,urogenital)
• Pada dosis rendah menghambat secara selektif reseptor muscarin-M dalam sel-sel parietal lambung yang membentuk Hcl
• Digunakan dalam tukak lambung-usus dan gastritis
• Dosis →oral 2 dd 50 mg pada pagi hari
Flovoxat
• Berkhasiat merelaksasi langsung terhadap otot kandung kemih
• Berdaya lokal anestetis dan analgetis
• Kontra indikasi→tidak boleh digunakan pada pasien glaukoma dan pada gangguan fungsi ginjal
• Dosis→pada urge-inkontinensi 3 dd 200-400 mg (garam HCl)
Oksibutinin
• Khasiat→spasmolitis pada otot polos kandung kemih
• Digunakan khusus pada urge-inkontinensi urin untuk mengurangi hasrat
berkemih,juga pada kejang-kejang kandung kemih akibat iritasi oleh
kateter
• Dosis→oral 3 dd 2,5 mg(HCl), bila perlu 3-4 dd 5 mg
Tolterodin
• Khasiatnya anti kolinergis sedang
• Digunakan pada urge-inkontinensi kemih
• Dosis →oral 3dd 2,5-5 mg(tartrat)
Tropicamida
• Khasiat →anti kolinergis kuat
• Digunakan sebagai midriatikum untuk diagnosa
• Pada dosis lebih besar(larutan 1%) berefek cycloplegis→melumpuhkan akomodasi
• Dosis →untuk midriasis 1-2 tetes larutan 0,5% minimal 15mnt sebelum pemeriksaan mata
Efek Anti Kolinergik
• Meningkatkan denyut nadi
• Mengurangi sekresi mukus
• Menurunkan peristaltik
• Dilatasi pupil mata (midriasis)
• Merangsang SSP
• Mengurangi tonus dan motilitas saluran
• Penggunaan
• Sebagai midriatikum
• Sebagai spasmolitikum
• Pada inkontinensi urin
• Pada parkinsonisme
• Pada asma dan bronkhihis
• Sebagai premedikasi pra-bedah
• Sebagai zat anti-mabuk jalan
• Pada hiperdrosus
• Sebagai zat penawar pada intoksikasi
Adrenergik
Obat simpatomimetik disebut adrenergik/agonis adrenergik → memulai respon pada tempat reseptor adrenergik.
• Reseptor adrenergik: alfa1 ,alfa2, beta1 dan beta2
• Norepineprin dilepaskan oleh ujung saraf simpatis → merangsang reseptor untuk menimbulkan respon
• Melepaska noradrenalin (NA) di ujung saraf-sarafnya
• Efek Adrenergik
Alfa1:
• Meningkatkatkan kontraksi jantung
• Vasokontriksi: meningkatkan tekanan darah
• Midriasis: dilatasi pupil mata
• Kelenjar saliva: pengurangan sekresi
Alfa2:
• Menghambat pelepasan norepineprin
• Dilatasi pembuluh darah (hipotensi)
• Menurunnya peristaltik
Beta1:
• Meningkatkan denyut jantung
• Menguatkan kontraksi jantung
Beta2:
• Dilatasi bronkiolus
• Relaksasi peristaltik GI dan uterus
Contoh Obat Adrenergik
1. Epineprin
2. Norepineprin
3. Isoproterenol
4. Dopamin
5. Dobutamin
6. Amfetamin
7. Metamfenamin
8. Efedrin
9. Metoksamin
10. Fenilefrin
11. Mefentermin
12. Metaraminol
13. Fenilpropanolamin
14. Hidroksiamfetamin
15. Etilnorepineprin
Obat Simpatolitik
Obat simpatolitik adalah obat yang menghambat efek obat simpatomimetik atau penghambat /antagonis adrenergik
Efek Simpatolitik
• Menurunkan tekanan darah (vasodilatasi)
• Menurunkan denyut nadi
• Konstriksi bronkiolus
• Kontraksi uterus
• Reseptor adrenergik: alfa1, beta1 dan beta2
Penggolongan Simpatoplegik
Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)
Alfa Blocker
Zat-zat ini memblokir reseptor alfa yang banyak terdapat di jaringan
otot polos dari kebanyakan pembuluh, khususnya dalam pembuluh kulit dan
mukosa. Efek utamanya adalah vasodilatasi perifer, maka banyak
dipergunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostat.
Dikenal 3 jenis alfa-blocker :
• Alfa bloker non selektif
• Alfa1 bloker selektif
• Alfa2 bloker selektif
Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker)
Beta Blocker
Digunakan untuk gangguan jantung (aritmia, angina petoris) untuk
meringankan kepekaan organ, membagi rangsangan seperti kerja berat,
emosi strees, dan hipertensi.
Terdiri dari 2 kelompok:
• Zat-zat ß1 selektif
• Zat-zat tak selektif
Penghambat Saraf Adrenergik
• Menghambat aktivitas saraf adrenergik berdasar gangguan sintesis, atau
penyimpanan dan pelepasan neurotransmiter di ujung saraf adrenergik
• Sediaan; guanetidin, guanadrel, reserpin, metirosin
• Guanetidin khusus digunakan pada jenis glaukoma tertentu
Obat Pelumpuh Otot
• Obat ini digunakan untuk mengadakan relaksasi otot bergaris (reposisi tulang), atau untuk menangkap binatang buas hidup2
• Cara kerja: kompetitif antagonis dengan asetilkolin pada reseptor nikotinik di motor end plate
• Contoh: d-tubocurarine, gallamine, pancuronium, succinilkolin,
decametonium, metokurin, vekuronium, atrakurium, alkuronium,
heksafluorenium
MEKANISME KERJA OBAT OTONOMIK
• Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral/transmitor dengan cara menghambat atau mengintensifkannya.
• Mekanisme kerja obat otonomik timbul akibat interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme.
• Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas oleh obat tersebut.
• Pengaruh obat pada transmisi sistem kolinergik maupun adrenergik, yaitu :
1. Hambatan pada sintesis atau pelepasan transmitor
a. Kolinergik
• Hemikolonium menghambat ambilan kolin ke dalam ujung saraf dengan demikian mengurangi sintesis ACh.
• Toksin botulinus menghambat penglepasan ACh di semua saraf kolinergik
sehingga dapat menyebabkan kematian akibat paralisis pernafasan perifer.
Toksin ini memblok secara irreversible penglepasan ACh dari gelembung
saraf di ujung akson dan merupakan salah satu toksin paling proten.
Diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum.
• Toksin tetanus mempunyai mekanisme kerja yang serupa.
b. Adrenergik
• Metiltirosin memblok síntesis NE dengan menghambat tirosin
hidroksilase yaitu enzim yang mengkatalisis tahap penentu pada síntesis
NE.
• Metildopa menghambat dopa dekarboksilase
• Guanetidin dan bretilium menggangu penglepasan dan penyimpanan NE.
2. Menyebabkan pelepasan transmitor
a. Kolinergik
• Racun laba-laba black widow menyebabkan penglepasan ACh (eksositosis) yang berlebihan, disusul dengan blokade penglepasan ini.
b. Adrenergik
• Tiramin, efedrin, amfetamin dan obat sejenis menyebabkan penglepasan
NE yang relatif cepat dan singkat sehingga menghasilkan efek
simpatomimetik.
• Reseprin memblok transpor aktif NE ke dalam vesikel, menyebabkan
penglepasan NE secara lambat dari dalam vesikel ke aksoplasma sehingga
NE dipecah oleh MAO. Akibatnya terjadi blokade adrenergik akibat
pengosongan depot NE di ujung saraf.
3. Ikatan dengan receptor
• Agonis adalah obat yang menduduki reseptor dan dapat menimbulkan efek yang mirip dengan efek transmitor.
• Antagonis atau blocker adalah obat yang hanya menduduki reseptor tanpa
menimbulkan efek langsung, tetapi efek akibat hilangnya efek transmitor
karena tergesernya transmitor dari reseptor.
4. Hambatan destruksi transmitor
A. Kolinergik
• Antikolinesterase kelompok besar zat yang menghambat destruksi ACh
karena menghambat AChE, dengan akibat perangsangan berlebihan di
reseptor muskarinik oleh ACh dan terjadinya perangsangan yang disusul
blokade di reseptor nikotinik.
B. Adrenergik
• Kokain dan imipramin mendasari peningkatan respon terhadap
perangsangan simpatis akibat hambatan proses ambilan kembali NE setelah
penglepasanya di ujung saraf. Ambilan kembali NE setelah penglepasanya
di ujung saraf merupakan mekanisme utama penghentian transmisi
adrenergik.
• Pirogalol (penghambat COMT) sedikit meningkatkan respons katekolamin.
• Tranilsipromin, pargilin, iproniazid dan nialamid (penghambat MAO)
meningkatkan efek tiramin tetapi tidak meningkatkan efek katekolamin.
MyNiceProfile.com
Daftar Pustaka
Bertram G. Katzung.1997.Farmakologi Dasar dan Klinik.Jakarta.EGC
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahadja.2007.Obat-obat Penting.Jakarta.PT.Elex Media komputindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar